01 August 2007

Mimpi

Pernah aku bermimpi menjadi seorang insinyur pertanian. Dalam otak kecil ku ini tergambarkan sebuah kebun dengan segala jenis tanaman yang match banget ama sambel terasi buatan mamah. Namanya juga masih kecil, aku pikir dengan punya kebun, menanam sendiri dan akhirnya memenuhi kebutuhan hidup sendiri tanpa tergantung dengan nilai dollar yang melambung tinggi adalah tugas mulia dari insiyur pertanian... ternyata tidak. Mimpi itu mulai pupus karena satu hal yang dinamakan pelajaran biologi. Yup, aku tak pernah dapat nilai memuaskan untuk hal yang satu ini, kecuali mungkin di bab reproduksi :D

Beranjak SMA, aku menemukan mimpi baru. Lebih tepatnya diperkenalkan oleh temanku. Mimpi menjadi seorang anak band. Dengan gigih latihan seminggu sekali, menempuh jarak 20Km-an buat mesen studio dan bernyanyi lagu yang sama, latihan lagu yang itu dan itu dan itu dan itu dan itu dan itu lagi.... hingga akhirnya mulai untuk membuat lagu sendiri. Lumayan, dalam seminggu kami berhasil mencetak kaset dengan mixing minimalis. Dengan format kaset, akhirnya album kami terjual habis. Ya jelas lah.. orang nyetaknya juga cuman 10 biji. Kemudian mimpi itu harus berakhir. Sang gitaris lebih memilih masuk STPDN dan dicuci otaknya ketimbang terus bernyanyi. Kami tak menyalahkan dia. Memang hidup harus memilih kok.

Kemudian mimpi baru dan lama datang silih berganti. Hapus dan pupus karena berbagai macam alasan. Mimpi punya istri penulis juga pupus, mimpi punya rumah kotak juga musnah, mimpi punya kurt dan dani juga habis.

Mimpi, mari kita bermimpi untuk tidak lagi bermimpi.....