31 December 2006

Marah

[Januari]
Dibuka dengan rintik hujan di sebuah panggung kecil dengan penonton yang tidak lebih dari sekumpulan panitia acara. Ciuman yang dilontarkan ditengah keramaian. Malam yang diguyur hujan habis-habisan. Malam itu kita sempat membawakan lagi lagu-lagu itu. Ketika kita masih dalam sebuah kelucuan, sekelompok awan yang tersapu angin.

Gitar listrik yang terjual, aku tergantikan. Dosa yang tak pernah termaklumkan. Kau berubah. Aku berlari tanpa arah.




[Desember]
Aku menunggu kamu berubah. Aku tidak suka kau yang sekarang, aku benci kamu yang sekarang. Kau berkata kau harus selesaikan apa yang sudah kau mulai, Apakah aku juga tidak termasuk itu? Apakah kau lebih percaya dengan apa yang kau ingin percaya? Apakah aku sekarang hanya menjadi penghalang? Dimana sebuah kata tentang "mimpi yang lain tidak bisa kompromi" sudah menjadi abu. Ketika aku memudar dimatamu. Kau berkata "Where are you when we are getting high?" dan aku menjawab "Where are you when I am getting down?"

Papan catur corat marit yang kita mainkan, permainan peran dan benar-salah. Kamu yang salah. Aku bosan bertutur sopan. Kamu yang salah. Dan kamu tak pernah memperbaiki ini semua. Kamu jahat. Ketika malam itu, aku terkapar, dan kau berjanji untuk pulang tak terlalu larut, kau malah pulang lebih larut dari malam sebelumnya. Kau lebih jahat lagi karena kau meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulanginya, tapi tetap saja kau ulangi.

Janji yang berbuih. Basi. Brengsek!

Aku berhutang satu kehidupan buat kamu. Ketika saat itu tiba, kau datang untuk meminta. Aku akan menyerahkannya. Terlepas akan kau buat menjadi hidup, atau kau renggut kembali ini semua.........

........................................................ Still, Im addicted to you

25 December 2006

Ka a Ka, Ka I Ki, .... Kaki

Kaki bengkak yang indah. Namanya Kaki kanan dan kiri. Lihat bulunya. k-e-r-i-t-i-n-g. Betis yang terlalu banyak bermain bola disebuah masa ketika lapangan menjadi halaman belakang, ketika jam istirahat sekolah menjadi keseharian.

Kaki yang selalu mampu untuk berdiri lagi saat jatuh terjerembab, lutut yang penuh bekas luka sebagai penanda bahwa yang namanya sakit itu memang ada. Kaki yang aku ajak berjalan kesana-kemari. Kaki nakal yang menendang-nendang kecil betis anak gadis dibawah meja makan. Kaki yang selalu siap menginjak pedal efek ax-1500. Kaki yang pernah tercipta untuk ditakdirkan menendang-nendang dunia bersama mu. Kaki yang dengan ujung jarinya berusaha menarik selimut ke atas agar malam menjadi hangat. Kaki yang pernah menendang seorang mahasiswa ekonomi brawijaya di tahun 2000. Kaki yang pernah digigit anjing kecil ketika aku juga masih kecil.

Melalui kaki ini juga aku gagal. Gagal melakukan eksekusi pinalti. Gagal berlari lebih kencang. Gagal untuk melakukan split. Gagal untuk memisahkan mana bagian bas drum dan mana bagian "cesek-cesek". Gagal untuk tetap tegar dan tidak gemetar ketika anjing gila itu menghampiri kita.

Kaki ini punya ku.

24 December 2006

-burn-

[...burn to ash...]







23 December 2006

gw ini introvert apa engga sih?

Keterangan lainnya menyebutkan bahwa dalam model kepribadian deskriptif individu ekstrovert digambarkan antara lain memiliki ciri dependen terhadap kelompok, easy-going, out-going, tidak teliti, impulsif, gelisah, mudah berubah dan agresif. Sedangkan individu yang introvert digambarkan antara lain memiliki ciri-ciri pasif, menarik diri, pemalu, menahan diri, puas dengan dirinya sendiri, kaku, bijaksana, dan teliti. Sehingga individu yang introvert akan cenderung menjauhkan diri dari orang lain dan kurang nyaman bila bersama-sama orang lain, serta cenderung kurang dependen (Claride dalam Frances & First,1998).

Kadang ada waktu dimana aku berada ditengah kerumunan, aku membutuhkan sedikit banyak waktu untuk "keluar" dan me-recharge energi. Aku juga membenci kerumunan, berada ditengah banyak orang yang notabene aku tidak kenal membuat kepalaku pusing, itu sebabnya aku tidak suka untuk pergi ke mall, konser atau pameran, walaupun itu adalah sebuah pameran komputer tahunan. Pasif? diranjang? kayanya engga deh (hahaha...). Kurang dependen? nah ini. Aku selalu mempercayai bahwa aku adalah seorang individu yang independen, tapi sepertinya tidak.

Sebaliknya, aku juga bukan orang yang teliti. Malah cenderung sloppy. Gelisah adalah sebuah rutinitas seperti menarik nafas. Menunggu jawaban sms dengan gelisah, menunggu dering telepon dengan gelisah, menanti pagi kembali datang dengan gelisah, menunggu nama disebut dengan gelisah, menunggu jemputan dengan gelisah. Mudah berubah? oh tentu saja. Lihatlah blogger ini. Beberapa ada yang bisa dikomentari dan beberapa kali aku lupa untuk meng-enable-kan komentar. Kadang Saya. Seringnya Aku. Sekali-kali Kamu. Berulang kali Kau. Inconsistence.

Seorang teman (baru) memperkenalkan kata intorvert-extrovert, sama seperti kata baru "obsesif kompulsif" dalam kamus otak ini, mungkin itu pilihan yang tepat jika aku harus menentukan penggambaran diantara dua pilihan diatas. Seperti halnya memilih apakah M600 yang support 3G atau W810 yang lebih gaul lagi. Pilihan ga penting tapi tetep aja susah.

eniwei... ga penting banget si isi blog gw hari ini...

Diupdate dari 13-11-2006 5 :55 am

22 December 2006

Disini Kendari

Kendari-Unaha. Puluhan kilometer dari sini. Awal dari sebuah rajutan selimut mimpi. Melintas diantara bukit, mengagumi paras cantik gadis desa yang duduk diberanda. Aku, Mboel, Ewing dan Si beruang madu. Begitu tidak terasingnya kami dengan perjalanan ini sehingga kami sudah punya ritual tersendiri. Berhenti di pitstop pertama, sekedar membeli 16 buah permen mint, rokok dan minuman penyegar, mengurangi kecepatan di depan kampus dan kemudian dilanjutkan dengan melirik genit setiap mahasiswi yang sedang menunggu jemputan. Bicara tentang uang dan seksualitas. Kata lain yang lebih familiar adalah jorok, ya kami bicara jorok. Roda membuat otak kami keruh.

Begini ini, perjalanan panjang untuk satu tujuan. Jika terasa lelah, lebih baik berhenti sejenak. Di jeda antara jarak. Tak perlu memaksakan diri harus selalu berada dibelakang kemudi. Berhenti sejenak dan turun dari kendaraan. Berhenti bukan berarti kembali. Berhenti untuk terus kembali berlari. Hidup juga begitukan? Panjang dan membosankan. Tapi kita tidak bisa berhenti. Kita tidak boleh berhenti.

*******
Kemudian kita akan pulang kembali ke kendari. Bos Yayan akan berteriak menantang maen game lagi. Lina, Kardel, Silkwood, Traxex, Zeus, Naix atau apapun yang kami pilih akan menemani. Setidaknya untuk satu-dua jam lagi. Atau si monyet-botak-tukang-tipu-homoganas sudah siap untuk bernyanyi. Lalu seperti biasa, Balkon sudah siap menanti kami. Hedonisme ala kendari.

19 December 2006

dosa tercipta begitu saja*

Luka, perih, sayatan menganga yang tersisa. Mungkin itu yang sedang aku hibahkan khusus untukmu. Sekali lagi, kita sudah tidak lagi sefaham. Kalau masih ada yang kita maknai, kalau masih ada yang harus selalu berarti, itu hanyalah masa depan. Kamu. Aku. Dahulu adalah masa lalu. Kemarin adalah hari yang terlewati, dan esok adalah harapan. Lusa adalah podium kemenangan. Aku bagian dari sebuah sejarah yang kita ciptakan. Aku tak akan lupa bagaimana berartinya itu. Sebuah cerita lalu. Tapi tidak berarti aku harus hidup menjadi sejarah. Aku hanya bagian, bukan total dari satu himpunan.

Aku selalu membuat pembenaran, kau juga tak luput dari kesalahan. Tak ada yang patut menjadi teladan disini. Kita jauh dari figur sempurna sepasang kekasih saat ini. Jauh sekali. Aku menuntut hak ku, dan kau mempertahankan kewajibanmu. Ini rel kereta yang tak kunjung bertemu. Tak ironiskah itu?

Hanya saja aku telah menyerah. Aku lelah menunggu. Menunggu untuk kau mengepakan rentang sayap rapuhmu menuju ke arahku. Melabrak iringan awan, menentang rayu hempas angin. Karena aku ingin berarti. Karena aku ingin menjadi alasan. Seperti dosa yang tercipta begitu saja. Tanpa harus kau pahami, tanpa harus kau mengerti. Aku ingin kau berlari. Kesini.

Lepaskan semua. Relakan semua. Tanpa harus ada kata maaf atau terimakasih. Itu hanya akan membuat langkah kita tertambat. Kau telah terlambat, beberapa saat, sedangkan aku sepertinya terlalu cepat. Tidak bisakah kau lihat ini semua?

Saat ini, semuanya hanya menjadi kata. Kau benar tentang itu. Makna menjadi sebuah kata. tidak berarti apa-apa. Aku mungkin telah mati rasa. Sudahlah.... kepalaku sudah pusing dan aku ingin segera kencing.

* dari lagu "begitu saja", salah satu lagu pertama yang aku buat

18 December 2006

Maybe Memories

NOA said...

-awalnya mau dimasukin blog, tapi.. berhubung modblog siyal itu lagi lemot.. ya udah nebeng di sini-

08564955****

::Nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan::
Sementara kangen yang meradang di paru-paru sedang aktif, tapi kenop on/off-nya memang berada di luar service area. Kangen ini tak bisa terobati, karena kangen ini bukan penyakit. Kangen ini, buatku, adalah anugerah. Sama seperti sepasang mata untuk melihat, hidung beserta lobangnya untuk mencium, mulut dan instrumen vokal untuk bersuara, sepasang telinga untuk mendengar, lidah dan kulit beserta syaraf-syaraf mungilnya untuk merasa, juga tangan dan kaki untuk bertindak.
Kangen menyusupkan muslihat lewat mataku, membuatnya seolah melihat dia sekelebat lewat. Kangen merangsang hidungku untuk terus mengendusi aroma keringat, yang kuhapal itu, dari kaos hitam miliknya yang kubawa ke mimpi dan bercampur dengan liurku. Kangen kadang bisa menelan senyum di bibirku. Kangen memperdengarkan lagu-lagu kesukaan kami berdua, tanpa harus kunyalakan radio. Kangen menggerakkan tanganku di atas tuts-tuts keyboard ini , menafsirkan sensasi pada sebuah bentuk konkret, seperti seorang Mozart sedang meramu nada. Kangen merasuki kakiku hingga melangkah menuju sebuah warung internet. Posting. Klik.
. . .

Hampir empat tahun. Kangen belum juga renta di telan usia. Ajaib. Bahkan saat kamu cuma dua sentimeter di depanku, kangen pasti masih ngetem di sini. Rapalan mantramu mungkin berhasil untuk meredakan kesal. Tapi yakin deh, nggak akan bisa membunuh kangen ini.

Ada yang bilang, cinta memang gila. Buatku, kangen lebih gila. Enak, gila.

. . .

:: Pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini ::
Anjiz! Gini deh pulsa kalau kedudukannya udah setara dengan denyut nadi.
Ugh… sniff sniff..

. . .

do you feel the same?

23 December, 2004 16:27
Delete
Anonymous said...

Jadi caranya gini : 2000 dipake naik angkutan buat ngambil dos-book-dan charger di MTSN (dan gobloknya kesemuanya itu ternyata ngga ada di sini). Abis itu yang satu pergi lagi ke counter hp. Dan jadilah, c35 bobrok-buluk-suka error-batere ngedrop-sinyal lemah-dan banyak matinya daripada aktifnya itu jadi 3 bungkus porsi besar lalapan telur + teh hangat+ obat+ rokok sebungkus. as quoted from http://duniadede.tk/ accessed on 27 December 2004 21:31

pertanyaan ga penting sih, tapi pengen banget nanya:
btw.. itu hape sapa?

-pot-

27 December, 2004 21:34
Delete
Anonymous said...

haha ga ada komentar deh ma pertanyaan noa.

u got urself 1yr subs to php|arch digital ed. contact me. dan ga butuh jual hape buat dapetin itu, dude :P

01 January, 2005 15:14
Delete

-ikut lenyap-

[... lenyap....]

17 December 2006

Sebelum pergi menjemput

While I'm standing in the river drowning
This could be my chance to break out
This could be my chance to say goodbye
At last it's finally over
Couldn't take this town much longer
Being half dead wasn't what I planned to be
Now I'm ready to be free

So here I am it's in my hands
And I'll savor every moment of this
(the used - Taste Of Ink)
Riuh rendah orang berteriak, umpatan dan makian, disini sudah sebanding dengan doa yang dipanjatkan disetiap sudut surau. Ini surau mereka, ini surau ku.

Youre my one way ticket to bust out. Lets burn sumthin. You and me. Keluar dari rutinitas ini. Lepaskan rantai pekerjaan itu. Aku tak ingin pekerjaan berada diantara kita. Aku disana ada karena aku ingin merasa ada. Tidak ketika kamu harus kembali dan merapihkan semua yang akan kami kembali acak-acak. Itu pekerjaanmu. Dan itu hak kami.

satu meja, tiga stick, es jeruk, sebungkus rokok dan 9 bola berwarna... mungkinkah itu hidup?

15 December 2006

kado

Selamat Ulang Tahun.
Aku telah mengirimkan sebuah ucapan selamat tinggal dengan pita berwarna merah didepan pintu rumah.



















--------potong disini------------

11 December 2006

erwin lagi ngigau!

Jeda waktu yang lama. Aku diam. Dia juga. Tak ada yang mengalir. Hanya merasakan nafas satu persatu. Ini salah. Aku ingin teriak. Aku ingin memaki. Tapi apa? Tak ada satupun alasan untuk angkat bicara. Aku ingin bercerita, tentu tidak padanya, dan bukan pula tentang dia. Terus kenapa aku memanggilnya? Ini gila.

Aku, aku aku dan aku. Dia, dia dia dan dia. Membosankan. Ada berjuta-juta manusia lainnya yang punya nama. Aku juga punya nama. Dia juga. Tapi kenapa harus aku dan dia? Kenapa selalu aku? Apakah memang semua manusia seperti ini. Egois dan akusentris.

Punya rasa itu membosankan. Aku juga membosankan. Dia juga membosankan. Semua ini juga membosankan. Bahkan tulisan ini juga membosankan. Aku tidak pernah percaya ada orang yang sanggup membaca tulisan acak-adul-jefri-budi-wati-sekolah-di-sd-tiga macam ini. Eh, lalu buat apa aku membuat blog? Buat merasa ada ya? Buat bilang sesuatu yang engga pernah bisa buat diangkat ke permukaan lewat tutur sapa ya? Kenapa? Penakut ya?

Apakah aku lagi marah? Tapi marah tentang apa? Aku bahkan tidak tahu apa-apa. Aku ada. Itu saja. Dia juga ada. Entah dimana. Aku marah karena itu ya? Karena "entah dimana". Sebentar, apa yang salah memangnya dengan itu?

Posisi kamu dimana?
Entah dimana.
Dompetnya ilang dimana?
Entah dimana.
jefri-budi-wati sekolah dimana?
sd-tiga
Tuhkan.. tidak semua pertanyaan bisa dijawab dengan "entah dimana"

NB:
Parah!

03 December 2006

Hidup memang tidak pernah bisa sederhana Matt!

j:"This marriage may not mean anything to you"
M : "What? Of course it does.. what are you talking about I,.. I just... I have a lot of stuff going on rite now.."
J : "So do I... It was supposed to be a good thing when I made an associate, You were supposed to be happy for me... But ever since like you get mad at me for getting what I want it, because you haven't..."


Dia ingin memperbaiki semuanya. Dia tak pernah punya waktu untuknya dengan semua pekerjaan ini. Dia terlalu disibukan. Dia ingin menelpon, namun pada ujungnya dia tak akan pernah sempat. Karena dia merangkak, dia hanyalah sebuah polisi lalu lintas biasa, bukan seorang detektif atau pimpinan divisi. Dia merangkak demi karirnya dan melupakan apa yang terpenting.

Dia membuatkan makan malam yang begitu sempurna untuk istrinya. Sempurna, karena ia bisa membaca apa yang ada dibenak istrinya dengan tepat. Terdengar seperti bisikan kecil saja. Dia membuat semua kejutan-kejutan kecil, mengikuti sebuah sirkulasi yang tak pernah ia turut serta berputar didalamnya. Ia ingin menyelamatkan semua yang ia punya. Ia ingin menyelamatkan satu-satunya yang ia punya.

j:"Where were you?"
M :"I was eehm.... I dont know"
J :"You dont know? I kept picturing you in a dicth somewhere... and everytime the phone would ring I thing it was somebody will calling to tell me that you..."
M :"I dont know you care that much...."


Dia merasa ini belum terlambat untuk diselamatkan, sepertinya. Hingga tanpa sengaja ia tahu bahwa masalahnya tidaklah sesederhana itu. Hidup memang tidak pernah bisa sederhana.

J : "Something happen between me and tom..."
M : "....*sigh* You slept with him"
J : "yes"
M : ".....is it over?"
J : "yes.. are we?"
M : "I dont know,..."


*Quotes diambil dari serial Heroes, adegan antara Matt dan Janice.