31 May 2007

Chaiyo!

Bergulat dengan waktu. Singkirkan dulu semua masalah pribadi, fokuskan energi, dan berancang-ancang untuk kembali berlari.

Ini namanya lelah win, kembali ketika kita terlupa bagaimana rasanya manis keringat, atau sekedar rasa pegal dipundak. Kami tak diperbudak. Kami sadar telah bertindak. Tidak ada bagian tubuh yang berontak.

Lihat mereka, didepan saya, pria bertubuh besar yang hobinya mengubah lirik lagu menjadi madura, atau dia, si kacamata disebelahnya, sama-sama mengeluarkan energinya untuk mengubah mimpi jadi nyata. Belum terhitung Tante centil dengan gaya khasnya, dan perempuan mata sipit yang dibalut lensa, atau dia yang didepan sana, berlari dengan kecepatan yang sama. Jangan lupa, ada juga dia yang mengurusi semuanya, dari mulai mesin fax hingga harus berlari ke ujung dunia yang itu semua ia namakan dengan kerja.


Ah, begitu lelahnya hari ini hingga ini terasa begitu menyegarkan... hingga aku akhirnya bisa lupa.

22 May 2007

exit

Suruh sapa ngehapus semua sms gw dengan alesan kebanyak inbox?
Suruh sapa naksir gitaris band temen ndiri?
Suruh sapa pake acara boong ga ngaku kalo naksir ma orang laen?
Suruh sapa pake ketawan makan malem didepan mata ndiri?
Suruh sapa pake acara ga ngaku?
Suruh sapa cari pacar lagi?
Suruh sapa dengan beraninya bilang "cowo gw mo dikemanain?"
Suruh sapa bikin mimpi ga pake hati?
Suruh sapa bilang "gak mau ambil resiko apapun buat elo sekarang"?

terus kalo sekarang gw sibuk pontang-panting kabur melarikan diri... kemudian nyaman disebuah tempat dengan banyak mimpi....

Lo bilang bego,...
Lo bilang gw ga peka...
Lo bilang gw kelewat cuek...
Lo bilang gw selfcenter....

hahahaha,....

Makin gede kok makin lucu....

PS: dont bother... I'll find my own exit

18 May 2007

Ceker

Jakarta hari ini terlihat sepi......

Ternyata..., Unas itu nampak begitu mblusuk-mblusuk, jauh dari jalan yang ada busway-nya.
Ternyata..., perumahan P&K Pejaten itu luas, dan tidak cukup terkenal dikalangan asosiasi supir taksi Jakarta.
Ternyata..., Nytha potong rambut dan sangat ingin terlihat seperti Nirina.
Ternyata..., Kita akhirnya memilih untuk tidak pergi ke kemang, melainkan ke Kalibata saja.
Ternyata..., MENU CEKER JUGA ADA DISANA!

Ini bukti akibat terlalu banyak makan ceker, membuat orang jadi kejam... ya kaya nytha itu.

Mbak ****,


Kata orang, kalo buat baby or anak2 mendingan pake ayam kampung aja,
mungkin karena ayam boiler kan biasanya gemuk karena suntik hormon (iya
gak sih?? Aku juga kurang tahu persis nih).

Tulangnya di-kepruk trus dibungkus kain tuh kata DSAnya biar sumsumnya
juga masuk di kaldunya, gimana jelasinnya yah... habis, aku selama ini
juga gak pernah di-kepruk gitu. Lha DSAnya bilang, kalo di-kepruk itu jauh
lebih bagus, asal jangan sampe hancur tulangnya, trus dibungkus kain biar
kaldunya agak jernih dan kalo pun ada tulangnya yg hancur gak sampe kena
minum anaknya.
(taken from milis balita anda)

17 May 2007

wogh! Di edit! bego!

[setelah saya pikir-pikir, itupun kalo saya masih bisa mikir postingan ini berbahaya....]

PS : ini editan pertama saya.

16 May 2007

Wait up!

aku belum mandi, abis ini mandi kok.

...tungguin ya? ^_^

14 May 2007

Malam bercerita lain hari ini

Malam datang kembali. Lelaki itu duduk tepat di ujung ruangan sana, di tempat yang sama seperti biasanya, memesan minuman khas seperti biasanya, mengangkat gelas dengan cara yang biasanya dan menghabiskannya dalam sekali teguk, ya, seperti biasanya. Terdiam diantara berkas cahaya redup mesum sebuah klab malam sudah menjadi ritual kesehariannya. Setelah lelah bertarung dengan deretan angka-angka dan berkas-berkas kerja sepanjang hari, ia kembali kesini. Di ujung ruang temaram disebuah klab malam.

Ia akan sebentar saja berada disana, sebelum klub ini berubah riuh gaduh. Sebelum suasana menjadi hangat dan cenderung panas. Sebelum para penari itu melepas baju, sebelum atraksi para penyanyi dimulai, ia akan berdiri, kemudian melangkah dengan sedikit gontai, kembali kepelukan malam yang dingin. Berjalan pulang kerumah dan bersiap untuk berkelahi. Dengan deretan angka-angka dan berkas-berkas kerja esok hari.

Tapi malam bercerita lain hari ini.
* * * * *

Malam akan datang kembali. Perempuan itu akan duduk tepat diujung ruangan sana, ditempat yang sama seperti biasanya, menunggu gilirannya tiba, untuk kembali bernyanyi seperti biasanya. Kemudian ia akan berpesan agar tetap mengosongkan bangku itu dari para pengunjung klub malam lainnya. Ia merasa tenang disana. Ia selalu merasakan kehangatan disana. Ia tak pernah ingin tahu kenapa, dan ia pun tak pernah peduli mengapa.

Kemudian Ia akan pulang menjelang pagi, menaburkan bedak dan membenahi make-up hingga terlihat sedikit rapi. Ia akan pulang ke kamarnya sendiri, ia tak pernah membawa pulang laki-laki, tidak seperti kebanyakan penyanyi lainnya, ia selalu menjaga dirinya suci.

Tapi malam hari ini bercerita lain.....

* * * * *

Lelaki itu tinggal disebuah kamar kost dengan enam penghuni lainnya. Ia tidak mengenalnya, dan mereka tak mengenalnya. Ia menutup diri, terlalu malas bersosialisasi. Ia hanya hidup untuk dirinya sendiri, mengejar tujuannya pribadi tanpa banyak peduli. Ia sedang mencari seseorang. Dari sepenggal lembaran masa lalunya yang kelabu. Ia mencari seorang perempuan yang penah ia sakiti diantara cahaya jingga matahari. Sementara untuk yang lainnya ia tak pernah peduli.

Malam ini kerinduan terhadap perempuan itu memuncak. Ia pernah kembali ke tempat itu, tempat ia dan perempuan itu dibesarkan. Mencoba mencari jejak langkah yang tersisa. Namun perempuan itu tak lagi ada. Beberapa orang bicara perempuan itu mengikuti kepergiannya untuk mengadu nasib ke kota. Beberapa orang bicara bagaimana perempuan itu berontak melawan orangtuanya, lebih memilih terbuang daripada disayang. Perempuan itu pergi mencari dirinya.

Ia tak pernah berhenti mencari. Berharap suatu saat koran akan membawa berita tentang perempuannya. Ia ingin sekali berjumpa, walaupun itu untuk terakhir kalinya. Andaipun ia telah berkeluarga, mempunyai anak tiga dan menjadi orang kaya. Ia tak pernah lelah mencari.

Hingga malam ini.

* * * * *

Perempuan itu membenci matahari. Ia membenci panasnya yang menyengat, ia membenci kilau silaunya, ia membenci warna jinga yang selalu identik dengan matahari. Pernah suatu hari ia begitu menyukai matahari, karena lelaki itu akan tiba selalu bersama warna jingganya. Lelaki itu akan menemaninya menghabiskan sisa warna diatas awan sana, sambil berpegangan tangan erat, tanpa berkata apa-apa. Hanya angin yang akan bernyanyi merdu, semerdu suara yang ia jual setiap malam disebuah klub pinggiran kota.

Hingga saat itu tiba, ketika jingga tak lagi bersahabat dengannya. Lelaki itu berkata sampai jumpa, meninggalkan goresan luka dan tetes air mata. Ia pun murka. Ia menyalahkan matahari untuk warna jingganya, ia putus asa.

Perempuan itu tak mampu lagi menahan rindu. Ia pergi menyusul lelakinya. Mengacuhkan semua petuah orang tua bijak, ia berontak. Tapi ia tak pernah juga menemukan sang lelaki sampai hari ini. Hingga ia terpaksa terpuruk didalam kamar pengap kecil yang ia sewa setiap bulannya. Ia berharap akan ada yang membawakannya kabar berita tentang lelakinya. Mungkin lelakinya telah berkeluarga, mungkin telah menjadi politikus negara atau sekedar perampok kelas kakap. Ia hanya ingin bertemu dengan lelakinya. Ia tak pernah putus asa. Ia tak pernah berhenti berdoa, entah kepada siapa.

Hingga malam ini mulai berbicara.

* * * * *

Malam ini, Lelaki itu tak peduli lagi. Ia bosan semua ini. Ia tak pernah berhenti menyalahkan kesalahan yang ia lakukan saat itu. Rasa rindu ini membunuhnya perlahan. Ia muak, ingin muntah.

* * * * *

perempuan itu menangis pilu. Ia tak lagi ingin menunggu dikamar ini. Ia tak lagi ingin menunggu disini. Ia ingin kembali berlari dan mencari. Lepas dari malam-malamnya di klab, yang begitu gelap dan menyiksa. Ia menjerit tertahan, butuh pelepasan.


* * * * *

Lelaki itu meletakkan foto sang perempuan tepat diatas meja. Disamping surat-surat cinta yang tak pernah bisa ia rampungkan.

* * * * *

Perempuan itu mencium foto lelaki itu untuk terakhir kalinya. Ia sandingkan dengan segala surat-surat cinta yang dulu biasa ia terima. Untaian kata yang akan menjadi abu.

* * * * *

Lelaki itu beranjak mengambil sebotol racun serangga.

* * * * *

Perempuan itu berdiri dan mengambil sebilah pisau.

* * * * *

Dan berita itu datang menyambut pagi yang terbalut sinar matahari.
"Seorang pemuda diketemukan tewas dikamarnya karena diduga meminum racun serangga. Sementara seorang perempuan juga telah ditemukan tidak lagi bernyawa karena menyayat nadinya sendiri tepat disebelah kamar pemuda itu. Polisi masih mencari hubungan diantara keduanya"

13 May 2007

Pedopil

Is it cool if I hold your hand?
Is it wrong if I think it's lame to dance?
Do you like my stupid hair?
Would you guess that I didn't know what to wear?
I'm just scared of what you think.
You make me nervous so I really can't eat
(first date - blink 182)
Blok M, siang menjelang sore. Ketidaksempurnaan yang terasa begitu sempurna. Seseorang menyanyikan aku tak mau sendiri-nya bcl dengan begitu falesnya, lemon tea yang rasanya lebih mirip kencing kuda, jus alpukat bercampur keringat, teriyaki keasinan dan oh, jangan lupakan kesasar kesono-kesini sebelum masuk blok m.

Yup siang itu begitu menakjubkan,....

Dan bocah ini genap menjadikan sore ini begitu sempurna dengan kembali ke mode ganyang-sikat-dorong-pukul-giles-pukul-ceples-bunuh seperti biasanya....

Ah, sepertinya memang begitu jauh lebih baik......

PS: have a nice shoes babe!

03 May 2007

Sampah Netral

Menatap tepat dimataku yang tertunduk layu. Ketika malam menyetujui datangnya pagi, buang jauh hati. Terlampau jauh dan lelah langkah kaki ini... perempuanku


Hanya dewa mimpi, sahabat teman sejati
lemah ku terkulai, sampah tak berarti




Pertama!


ah ndak bisa gw nulis yang cerah-cerah ko....

betah di Jakarta?
betah... ga ada alasan buat ga betah disini,...

Pengen hidup di Jakarta selamanya?
mmm... pass please

Pen nusuk orang malem ini?
Nah loh... enggak, gw harus terbiasa dengan energi positif....

Lalu kenapa di entry ini masih ada soal tusuk-menusuk bunuh-membunuh?
.....