28 February 2007

Laten

Pukul 11 malam dan telepon itu berdering. Dering yang bising. Aku menggambarkan sebuah wajah lakon dalam babad cerita kemarin lalu. Pasang telinga. Harap yang tercipta, melambung tinggi, hanya untuk kemudian terhenyak dengan kenyataan dan jatuh terjerembab. Dering itu bukan untukku.

Untuk berdiri lagi dengan semua luka yang tergores rapih disetiap inchi tubuh dan jiwa ini bukanlah hal yang mudah. Aku membalutnya dengan seksama, satu demi satu.