19 February 2007

Paranoid

Perut yang kelaparan bisa bikin otak kita jadi sedikit paranoid. Seperti diluar malam ini, kabut (atau asap yah?) tebel banget. Kendari bukan Malang, melihat kabut di Malang sih biasa. Kalo dikendari? mungkin ini yang pertama kalinya saya melihat kabut setebal ini. Ngebayangin apa yang tersembunyi dibalik tebelnya kabut bikin saya bergidik. Ga usah saya jelaskan tentang apa yang tergambar dibenak saya tentang kendari dan malam berkabutnya ketika perut saya lapar.

Kembali lagi mempertanyakan keberadaan saya disini, disebuah ruangan dengan komputer berjejer, diantara makan malam yang tidak menggugah selera, janji yang tidak ditepati, pulsa yang tak berdetak dan diluar kabut yang tak kunjung menipis. Untuk pertama kalinya perasaan tidak kerasan itu tergugah bangkit.

"Minum kopi lagi Win?" Kenapa tidak,..... kawan

There's nothing we can do to change her mind. She is a grown-up now. She knows that she's doing what she's not supposed to be doing. But she has made her own choice. To live with it. And to bear all the consequences that might occur along the way. To her, the pain has become somehow addictive. And now she's simply numb. Numb of all the things she used to believe ...
(diambil dari tulisannya Hanny)

4 comments:

hawe said...

Orang bilang pikiran kosong bikin ngelantur ke mana-mana. Apa kopi bisa jadi pelampiasan? Ngomong-ngomong enak mana, pak, kopi Toraja atau kopi Aceh? Dua2nya kebetulan ada di dapur rumah saya. Tapi begitu tandas diminum, hanya tinggal ampas... dia datang lagi.. takkan pernah berhenti.

Lho, jadi ngelantur beneran yak???

writer said...

pertama, saya belon pernah minum kopi toraja, kopi terbaik yang pernah saya minum adalah kopi medan yang diracik temen saya ketika di jogja (1998). samoe sekarang masih kebayang itu enaknya...

kedua, jangan panggil saya bapak!!! saya masih (sok ingin merasa) muda

:D~~

Anonymous said...

lebih enak kopi aceh win
apalagi kl campur g*l*k
wakakkaka
pisss...

writer said...

dibayarin?
*nyengir kuda?*