18 November 2006

Pesan dalam Telepon genggam

From: xxx (18.11.2006 21:09)
Blm, *** msi d kwinan tar *** kbri kl da d rmh


Tetap membisu. Tak bergetar. Tak bergerak. Deringpun tak ada. Telepon genggam ini diam saja. Seperti batu yang tertancap ditanah merah. Aku gelisah. Layar monitorku bergetar sebentar saja. Aku menatap layarnya, tapi tetap tak ada apa-apa. Dengung itu terus saja menggema.

"Kawinan apa sampe jam segini"
"Gak punya pulsa kali..."
"Emang belum nyampe kali..."
"Kecapean terus ketiduran kali..."
"Lagi ga mau diganggu kali..."
"Hapenya ilang kali..."
"Pergi ngopi ampe pagi kali..."
"Dugem kali...."
"Loe yang ga dapet sinyal kali"
"Loe yang ga dapet sinyal kali"
"kok mikirnya dua kali"
"copy paste kali"


Aku putus asa. Aku letakan telepon diatas meja kerja. Sebegitu rupa sehingga aku masih bisa mengintip layarnya, jika saja ada sebuah pesan yang masuk tertunda, yang membuat ia tergetar dengan halusnya. Ternyata aku tak putus asa, masih ada harapan yang tersisa. Harapan yang aku letakan disana, tepat diatas meja.

Seorang teman sedang mengajakku berbicara. Nun jauh diseberang sana. Perkerjaanku menunggu dengan lugu dijendela sebelahnya. Aku cuma mampu duduk bersandar. Aku tak sabar. Aku memang tak pernah bisa bersabar, walaupun hanya untuk sebuah kalimat yang menanyakan kabar. Aku resah. Aku gelisah, dan kalau aku tuliskan disini "pada semut merah", ini akan berujung menjadi lagunya obbie messakh.

Sekian menit berlalu. Waktu, aku memintamu menunggu, hingga kabar itu masuk terlebih dahulu. Aku rindu.

Dan kemudian ia bergetar. Layar itu berubah, aku menjadi lebih gelisah. Mungkinkah itu kamu? Mungkinkah namamu yang akan tertera disitu? Apakah itu kamu? Aku yakin itu kamu. Sekarang aku yang bergetar, menatap tak percaya dengan apa yang terpampang disana:

From: xxx (18.11.2006 23:55)
*** udah pulang ang.

No comments: