16 November 2006

Selamat pagi sang puteri

Batang rokok terakhir. Aku lupa untuk membeli yang baru tadi malam. Fiuh, tak banyak yang aku bisa ingat tadi malam. Cuma satu dua saja ingatan. Itupun hanya berupa penggalan. Namun toh pada akhirnya aku terlelap juga diruangan kecil urat nadi kantor ini. Mencoba lagi untuk bermimpi, sebelum esok hari dimulai lagi.

Tapi aku bangun terlalu cepat, masih pukul setengah dua dan mata ini sudah terjaga. Mereka berontak untuk kembali tertutup lagi. Mereka menghasut perutku untuk mendatangkan lapar, meyakinkan tenggorokanku untuk haus dan dahaga. Aku terjaga.

Kau pasti masih merasa lelah. Setelah melewati hari lain yang terasa sangat panjang. Dan hari lain lagi yang akan datang dan dimulai kembali. Kau pasti masih meringkuk disana. Ditempat dimana dingin sering datang menjemput dan kabut menjadi selimut. Sebenarnya aku ingin berada disana. Menjadi orang yang kau lihat pertama kali ketika datang pagi. Mengiringi laju cahaya matahari, bersenandung bersama kicau burung merdu bernyanyi. Akan aku buatkan kau kopi, akan aku oleskan mentega pada sepotong roti, bahkan kalau perlu adanya, akan kuperlakukan engkau layaknya seorang putri.

Ataukah engkau kini telah terjaga. Kau bermimpi apa? Apakah kau bawa aku turut serta? Minumlah air terlebih dahulu, sebelum kau buka semua tirai jendela rumahmu. Sarapan apa pagi ini? Yang pasti bukanlah nasi, ataupun secangkir kopi. Kau tak pernah minum kopi pagi-pagi. Mungkin kentang rebus atau roti dengan selai strawberi. Selamat menikmati.

Kau tahu? Aku selalu menikmati pagi rumahmu itu. Sebuah pintu akan berdecit terbuka, dan kau akan hadir disana. Memandang buram aku yang sedang duduk bersila. Kemudian akan tiba sebuah pelukan, sebelum kita membuka percakapan. Kau akan tersenyum, dan aku akan tertawa, karena kau terlalu lucu untuk terlihat begitu lugu. Kau akan menawariku secangkir kopi jawa dan aku akan menolaknya. Kehadiranmu tak bisa diganti, apalagi oleh hanya secangkir kopi. Kau akan bertanya apakah aku terlelap dengan nyenyak, kau akan bertanya tentang seberapa ganasnya nyamuk malam, kau akan bertanya dan membuat aku untuk berkata "lupa".

Tapi waktu tidak akan pernah berhenti. Tidak akan pernah bisa kompromi. Pagi akan terganti. Peran akan datang dan pergi.

Kamu tahu, suatu hari nanti, aku akan jatuh cinta pada setiap apa yang ada di dirimu. Kamu juga begitu. Jatuh cinta padaku. Dan kita akan melakukan banyak hal bersama. Kita, berdua. Satu hari nanti, entah bagaimana caranya, kita akan bertemu.

Kita, satu hari nanti, akan melakukan banyak hal bersama. Merasakan nyaman yang tumbuh secara perlahan. Dan sampai pada satu titik

ketika aku
atau kamu

di satu senja yang hangat, berucap:

setelah ini, maukah kau makan siang, atau minum kopi, atau menonton DVD, atau membaca buku, atau lari pagi, atau ke bukit, atau mandi hujan, atau menonton konser musik, atau memandang bintang, atau berkemah di akhir pekan, atau pergi ke taman kota, atau ke pantai, atau ke pelabuhan tua jelang sore, atau memanen senja, atau ke kebun bunga, .. atau apa saja, bersamaku? sepanjang hidup? sampai ujung umur kita? ¹



quote diambil (tanpa seijin) dari NegeriSenja

1 comment:

Anonymous said...

wakakakak...ini kenapa iniiiiii???
kangen yaaaaa!!!!!!!
hauahauhauhah