22 December 2006

Disini Kendari

Kendari-Unaha. Puluhan kilometer dari sini. Awal dari sebuah rajutan selimut mimpi. Melintas diantara bukit, mengagumi paras cantik gadis desa yang duduk diberanda. Aku, Mboel, Ewing dan Si beruang madu. Begitu tidak terasingnya kami dengan perjalanan ini sehingga kami sudah punya ritual tersendiri. Berhenti di pitstop pertama, sekedar membeli 16 buah permen mint, rokok dan minuman penyegar, mengurangi kecepatan di depan kampus dan kemudian dilanjutkan dengan melirik genit setiap mahasiswi yang sedang menunggu jemputan. Bicara tentang uang dan seksualitas. Kata lain yang lebih familiar adalah jorok, ya kami bicara jorok. Roda membuat otak kami keruh.

Begini ini, perjalanan panjang untuk satu tujuan. Jika terasa lelah, lebih baik berhenti sejenak. Di jeda antara jarak. Tak perlu memaksakan diri harus selalu berada dibelakang kemudi. Berhenti sejenak dan turun dari kendaraan. Berhenti bukan berarti kembali. Berhenti untuk terus kembali berlari. Hidup juga begitukan? Panjang dan membosankan. Tapi kita tidak bisa berhenti. Kita tidak boleh berhenti.

*******
Kemudian kita akan pulang kembali ke kendari. Bos Yayan akan berteriak menantang maen game lagi. Lina, Kardel, Silkwood, Traxex, Zeus, Naix atau apapun yang kami pilih akan menemani. Setidaknya untuk satu-dua jam lagi. Atau si monyet-botak-tukang-tipu-homoganas sudah siap untuk bernyanyi. Lalu seperti biasa, Balkon sudah siap menanti kami. Hedonisme ala kendari.

No comments: