19 December 2006

dosa tercipta begitu saja*

Luka, perih, sayatan menganga yang tersisa. Mungkin itu yang sedang aku hibahkan khusus untukmu. Sekali lagi, kita sudah tidak lagi sefaham. Kalau masih ada yang kita maknai, kalau masih ada yang harus selalu berarti, itu hanyalah masa depan. Kamu. Aku. Dahulu adalah masa lalu. Kemarin adalah hari yang terlewati, dan esok adalah harapan. Lusa adalah podium kemenangan. Aku bagian dari sebuah sejarah yang kita ciptakan. Aku tak akan lupa bagaimana berartinya itu. Sebuah cerita lalu. Tapi tidak berarti aku harus hidup menjadi sejarah. Aku hanya bagian, bukan total dari satu himpunan.

Aku selalu membuat pembenaran, kau juga tak luput dari kesalahan. Tak ada yang patut menjadi teladan disini. Kita jauh dari figur sempurna sepasang kekasih saat ini. Jauh sekali. Aku menuntut hak ku, dan kau mempertahankan kewajibanmu. Ini rel kereta yang tak kunjung bertemu. Tak ironiskah itu?

Hanya saja aku telah menyerah. Aku lelah menunggu. Menunggu untuk kau mengepakan rentang sayap rapuhmu menuju ke arahku. Melabrak iringan awan, menentang rayu hempas angin. Karena aku ingin berarti. Karena aku ingin menjadi alasan. Seperti dosa yang tercipta begitu saja. Tanpa harus kau pahami, tanpa harus kau mengerti. Aku ingin kau berlari. Kesini.

Lepaskan semua. Relakan semua. Tanpa harus ada kata maaf atau terimakasih. Itu hanya akan membuat langkah kita tertambat. Kau telah terlambat, beberapa saat, sedangkan aku sepertinya terlalu cepat. Tidak bisakah kau lihat ini semua?

Saat ini, semuanya hanya menjadi kata. Kau benar tentang itu. Makna menjadi sebuah kata. tidak berarti apa-apa. Aku mungkin telah mati rasa. Sudahlah.... kepalaku sudah pusing dan aku ingin segera kencing.

* dari lagu "begitu saja", salah satu lagu pertama yang aku buat

No comments: